Pasaman, Galanggang.id — Sebuah video viral memperlihatkan aksi heroik seorang penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, yang nekat menyeberangi sungai demi menunaikan tugas negara menikahkan sepasang pengantin di Jorong Batang Kundur, Sabtu (2/8/2025).
Sosok dalam video tersebut adalah Ahad Nasiton, S.HI, penghulu yang dikenal berdedikasi tinggi.
Aksi tersebut dilakukan setelah jembatan penghubung antara Jorong Batang Kundur dan Sinuangon ambruk pada Kamis malam (31/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB. Hingga kini, penyebab robohnya jembatan masih belum diketahui.
Dalam unggahan di akun Facebook miliknya pada Senin (4/8/2025), Ahad mengisahkan perjuangan panjang yang ia lalui demi bisa hadir di lokasi akad nikah.
Ia menempuh perjalanan ekstrem dengan empat kali naik ojek melewati medan terjal dan licin.
Namun, puncak tantangan datang saat ia harus berenang menyeberangi sungai berarus deras lantaran tidak ada jalur alternatif menuju Batang Kundur.Sesampainya di lokasi sekitar pukul 11.00 WIB, masyarakat menyambut Ahad dengan penuh haru dan rasa hormat.
Prosesi akad nikah berlangsung khidmat di tengah keterbatasan akses transportasi, menjadikannya momen yang tak terlupakan bagi kedua mempelai dan warga sekitar.
“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” ujar Ahad, menggambarkan perjuangannya hari itu.
Ia mengaku rasa lelah dan takutnya seketika sirna ketika disambut hangat oleh warga yang sangat menghargai kehadirannya.
Rasa bangga dan terharu juga diungkapkan oleh Sumarno, tokoh masyarakat sekaligus pucuk adat Batang Kundur.
Ia menyebut tindakan Ahad sebagai bentuk nyata kepedulian dan pengabdian yang patut diapresiasi.
“Ini bukan hanya soal menjalankan tugas negara, tapi juga bentuk solidaritas dan kepedulian beliau terhadap masyarakat kami yang sedang kesulitan,” tuturnya.
Aksi Ahad pun mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Afief, Kepala Subdirektorat Bina Kepenghuluan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, mengapresiasi tindakan tersebut sebagai potret nyata dedikasi penghulu sebagai pelayan umat.
“Penghulu adalah representasi negara dalam momen paling sakral warga. Keteladanan seperti ini harus menjadi inspirasi. Ini bukan sekadar tugas formal, tetapi panggilan jiwa,” pungkasnya.
Kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya semangat pengabdian, terutama saat masyarakat menghadapi keterbatasan akses dan infrastruktur. Sosok Ahad Nasiton menunjukkan bahwa pelayanan publik sejati tidak mengenal batas medan atau cuaca. (Red)